Entah disadari atau tidak, generation gap sebenarnya cukup sering terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Contoh yang paling dekat bisa kita temui dalam pandangan hidup dan hubungan antara anak dengan orangtua.

“Ovo? Apaantuh?”, “Ini cara pesan Gojek gimana ya?”, “belanja online? Serem ah takut ditipu”, “Anak jaman sekarang bukannya kerja malah main hp terus!” merupakan sebagian kecil kelakuan orangtua yang berhasil membuat sang anak yang merupakan generasi milenial jadi gregetan.

Contoh diatas itu merupakan pengertian dari generation gap, yaitu perbedaan pandangan atau opini antara 2 generasi yang berbeda dalam menghadapi suatu kejadian atau permasalahan dalam hidup. Jika dalam sehari-hari saja masalah generation gap sering muncul, terbayang kan bagaimana wujud masalah ini di dalam suatu kegiatan bisnis dalam perusahaan?

Pandangan Terhadap Generation Gap

Saat ini dalam suatu perusahaan terdapat 4 generasi yaitu generasi Baby Boomer, X, Y dan Milenial. Untuk melihat masalah generation gap, lebih baik jika kita melihat hal ini lewat berbagai perspektif dengan mengenal karakteristik tiap generasi secara garis.

Cara komunikasi dan cara kerja : Baby boomers
  • Terbiasa menggunakan telepon, mengirim surat
  • Menyukai komunikasi “face to face” secara langsung
  • Lebih baik bekerja dalam tim
  • Mengutamakan pekerjaan daripada hal lainnya
  • Bekerja keras untuk mendapatkan apa yang mereka mau
Generasi X
  • Bisa menggunakan teknologi, tapi tidak terbiasa menggunakannya
  • Mudah beradaptasi dan mandiri
  • Bekerja sesuai dengan arahan yang diberikan
  • Senang bekerja tanpa gangguan
  • Bekerja keras untuk mendapatkan apa yang mereka mau
Generasi Y
  • Terbiasa menggunakan teknologi canggih seperti laptop, hp, atau tablet
  • Menyukai komunikasi dengan menggunakan social media secara online seperti Facebook, Instagram, Twitter hingga Whatsapp
  • Ingin meraih tujuan pribadi dalam hidup
  • Senang bekerja dengan struktur organisasi yang jelas
  • Menghargai pencapaian diatas wewenang
Milenial
  • Terbiasa menggunakan teknologi canggih seperti laptop, hp, atau tablet
  • Menyukai komunikasi dengan menggunakan social media secara online seperti Facebook, Instagram, Twitter hingga Whatsapp
  • Menyukai tantangan dan ingin mendapatkan kesempatan untuk bertumbuh dan berkembang
  • Lebih meyukai mempelajari suatu hal secara sendiri dibanding diberi arahan
  • Ingin sukses cepat dan life balance

Dari pandangan umum diatas, terlihat dengan jelas bukan berapa jauh generation gap yang bisa terjadi dalam suatu perusahaan?

Generasi baby boomers dan X seringkali menganggap generasi Y dan Milenial terlalu lemah. Jika mereka ditegur sedikit saja, langsung mau resign. Lalu mereka juga kurang sreg dengan gaya kerja dari milenial yang dianggap “malas” dan yang terpenting milenial dianggap hanya ingin sukses secara instan tanpa ingin bekerja keras.

Sedangkan dari perspektif generasi Y dan milenial mereka melihat generasi baby boomers dan X sebagai generasi yang otoriter dan keras kepala. Milenial seringkali kurang sreg dengan cara generasi baby boomers dan X dalam menyelesaikan masalah, karena mereka merasa bisa menyelesaikan masalah lebih simple dengan menggunakan teknologi dibanding cara konvensional yang ditawarkan.

Dari perspektif berbagai generasi tersebut, harus diakui bahwa generation gap merupakan masalah serius yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Dan jika tidak segera diatasi, hal ini bisa menghambat proses suatu perusahaan menuju transformasi digital.

Ini baru generation gap antara generasi baby boomer dan X dengan generasi Y dan milenial, lalu bagaimana ya ketika generasi Z (generasi yang lahir pada tahun 2010 keatas) mulai memasuki dunia kerja?